Disaat waktu berhenti kosong, dimensi membutakan mata memekakan telinga, lalu diri menjadi hampa saat paradigma dunia tak lg di gunakan untuk menerka sadarku akan hadirmu mematahkan sendi–sendi yang biasanya tegak berdiri
kawan-kawan yg msh bangga,arogan,bahkan sombong dgn Ke-Elite-an nya..(eksklusivisme adalah kasta!!sedangkan Komunitas adalah Pengangguran!!seberapa banyak sih harta kalian?gelar,titel akademis kalian juga hanya akan berakhir-terukir pada nisan kan ?)kawan-kawan yg msh menukil pemikiran-pemikiran rasionalSekuler-filsafat-pluralis..idealis 1/2kiri-1/2kanan?atau apalah..bla..bla..bla..Whatever!!(kebenaran bukanlah datang dari otak atau dari nurani..kebenaran mutlak hanya milik Dia!!kawan-kawan yg masih menjadikan Musik sebagai kiblat hidupnya..(Musik Adalah Penjajah!!)and for the people.. who's tryin' to make music as a new religion and being Godless because of that..(See ya in a burning hell!!)dan..bagi kawan-kawan yg mngkin pernah membagi sedikit banyak kisah pilunya,membuka sedikit aibnya dan meneteskan airmata karenanya,lalu mendirikan beberapa rakaat dan bersujud diatas lantai Al-Hallaj..(ingatlah selalu kenangan itu kawan..)kita bukanlah orang-orang suci dan tak sedang mensucikan diri..tetapi jalan hidup adalah nuansasungguh..mungkin hanya dalam pentas ini saja kami bisa punya nyali memberi koreksi pada diri kalian dan khususnya diri kami sendiri





Tuesday, November 11, 2008

"DEMONCRAZY RETORIKA SATYAYUDHA"

Berapa lagi umur umat Beragama…

Hermeneutika dari omong kosong logika absurd kaum orientalis
pudarkan mantel definisi jelaga retoris
menggubris sandi alam dajjal penghinat historis
membackup batas individualis teorikal para badut Zionis
untuk setiap molotov dari setiap botol Cocacola
dan McDonal jadi 100% halal bersenggama
berduet bersama Marlboro dan tafsir al Azhar
berceritalah para anekdot ateis
dalam kedangkalan akidah syeikh siti djenar
dari catatan putih para penghianat tauhid
untuk para pembual…
yang ikut membantai saudara beragama kami di seluruh dunia
Mengubah jenin menjadi diskotik baru berlabel anti terorisme global
berduet bersama Ariel Sharon dan pemikiran liberal

bumbu paling menyedihkan dari fenomena bir bintang 0% alkohol
dan senyawa paramadina telah cukup membuat islam menjadi tolol
sengketa tanah dan minyak bumi
batu bara membara membantai sesama
propaganda atas umat yang tak bersalah
saat islam membunuh islam tak lagi menjadi prahara
dan setiap kuffar lebih penting menjadi saudara
meyayat duka setiap tetes mata aroma Intifadha
lupakanlah Che Guevara dan syair Faghiutan Bolivia
ketika revolusi berarti demokrasi dan sex bebas
membusuk bersama argumentasi Islam kiri
episode paling mutahir salah kaprah

Berapa lama lagi umur umat beragama..

hitunglah umur umat beragama ketika langit menghitam
di ruang hukum yang tak perlu lagi merajam
terlupakanlah Dzat yang tiupkan ruh di dalam rahim
fotosintesa dari budaya pendusta agama Ibrahim
Saat kitab suci hanya pengantar debu hiasan rumahmu
dari zaman kedzaliman yang asingkan setiap puing kemurnian Islam
ketika teroris berarti mushola dan penjaga tauhid
maka demokrasi mengambil tempat bersama selinting ganja dan Jack Daniel
panorama pembakar batas hewan dan manusia
cakrawala tahajud yang tak sanggup lagi bersujud
Pada dimensi ketika poligami berarti neraka
dan prostitusi menjadi hal asasi
ketika kondom fiesta menjadi solusi norma
menjamu kapitalisme dalam retorika syariat
raga dari propaganda Ibnu arabi
lebih busuk dari pembenaran murtad ala Nafa Urbach
dan konsensus hak cipta sukses racuni anak bangsa
dan memasang jaring konsumerisme dan idiom profesionalisme
ketika nasyid sudah tidak berbeda lagi dengan Back Streetboys
dan Dewa 19 ternyata lebih harokah dari syair Fagih Fallujah
senjata paradigma paling ironis
sejak peringatan bahaya merokok ada di setiap bungkus rokok
dan MUI belum juga mengerti bahwa hak cipta adalah milik Dia,
membakar umat sekaligus membela selangkangan Bill Gates

Mendingan dituduh memonopoli kebenaran, daripada sok plural, sok toleran, sok demokratis, sok humanis, sok universal, sok terbuka, sok luas, padahal dasarnya kepentingan. Bukan begitu, Kawan ?

No comments: